Sabtu, 11 Juni 2011

Mereka Yang Telah Memulai Cerita

Tersohorlah sebuah nama dalam silsilah keluarga, dia adalah Sjamsoedin Yaw. Seorang kakek " Jakarta " begitulah aku diajari menyebut namanya. Sosok yang telah diperkenalkan kepadaku semenjak anak-anak, melalui buku-buku karyanya dan gerakan sosial yang telah dia lakukan. Perkenalan itu makin erat kurasakan ketika diumur 10 tahun menjalani aktivitas sebagai santri di Pesantren yang telah dibangunya. Kakek Jakarta saban setahun sekali minimal mengunjungi pondokan itu, namun sekitar 4 tahun setelahnya, kondisi kesehatan seorang setuanya membuat dia tak mampu lagi untuk melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Jeranglah.

Tidak ada pertemuan lagi dalam tahun-tahun terakhir, komunikasi hanya dilakukan melalui telpon setiap beberapa bulan sekali, dan itu lebih dekat kurasa ketimbang hadirnya beliau di kampung halaman yang mempunyai segudang agenda silaturahmi. Dalam komunikasi yang dilakukan berkisahlah peristiwa yang telah dia lewati, mulai kebiasaan kecil, menjadi seorang serdadu dst. Sebuah kalimat yang selalu terucap disetiap kisahnya bahwa siapapun berkesempatan untuk sukses, siapapun berkesempatan untuk gagal, entah itu rakyat biasa yang tinggal dikampung, entah bangsawan yang hidup di kota. Dan dengan bangga beliau selalu katakan diakhir cerita bahwa beliau adalah pemuda kampung yang dalam perjalanan hidupnya pernah meraih puncak kesuksesan, itu semua diperoleh dengan usaha yang keras serta ikhtiar kepada Yang Maha Kuasa.

Saatkupun tiba untuk melangkahkan kaki dari kampung halaman, dipenghujung SMA mencobakan diri mengikuti seleksi Sekolah Serdadu di Republik ini, namun usaha itu kandas ditengah jalan. Ketidak berhasilan itu membuatnya menghubungi kembali dan berpesan bahwa " Perwira tidak hanya didalam perang " dan kata-kata ini memberi suntikan semangat dalam kejatuhan saat itu. Akupun mencoba seleksi di Sekolah perwira yang lain hingga pada akhirnya diterima dan menjalani pendidikan disana.

Sekolah Tinggi pencetak birokrat begitulah gaungnya tempat kumenjalani pendidikan. Belum satu tahun disana kejadian naas menimpa lembaga pendidikan itu, dikabarkan salah seorang peserta didik tewas akibat kekerasan. Republik ini menghujat !!!.

Terlayang berkas surat yang sebanyak 7 halaman dari Kakek Jakarta yang berisi tentang keprihatinan terhadap kejadian ini, diakhir surat itu tertulis kalimat ungkapan kekecewaan yang mengatakan " Senior bigalllll......!!! ( Senior bodoh !!!). Saat surat itu dikirim beliau telah berumur 86 tahun terlihat dari huruf-huruf yang ditulis tidak berdiri tegak lagi dan saat itu juga beliau telah terbaring di kamar tidurnya. Decak kagum dari para sahabat atas keperihatinan si Kakek dan terima kasih luar biasa dari diri ini.

Lulus pendidikan sebelum bertugas itulah saat terakhir mendengarkan petuahnya ( akhir 2009 ).....

Pesan dan Kesan kan abadi didalam hati...






2 komentar:

  1. wah, asyik negh ketemu kawan se-almamater. salut dah dikz.

    tp yah.. sklipun republik menghujat mari buktikan klo smua yg mereka dengar tidak selalu benar. bhinneka nara eka bhakti!! :D

    BalasHapus
  2. Praja !!!

    hahaha...iya kaks....

    Betul2 harus kita buktikan tu kaks...

    Yang benar hanya rasa buahnya saja !!! hehehe...

    Dengar semboyan kita jadi pengen nyanyi lagu "Hymne Abdi Praja Darma Satya Negara Bhakti" kak..#dilanjutkan dengan menyanyi...

    BalasHapus