Kamis, 30 Juni 2011

Agenda diakhir bulan ini


Tgl 26 ni menyambut kedatangan rombongan pesantren CIntawana Tasikmalaya. Menjadi Guide dari Malioboro-keraton-Prambanan finall di Parang tritis. Rombongan langsung menuju Tasikmalaya di perempatan jalan Parang tritis ring road barat Jogja aku turun dan dijemput oleh kucup disana.

Sbuah dukungan luar biasa dari Buya ditengah ketidak optimisan mengatakan " Pasangan ideal adalah Cinta terakhir lelaki dan cinta pertama perempuan ", namun diakhiri permintaan untuk berkomitmen dengan tegas.

Rehat dengan itu semua, menyambut libur Isra' miraj tgl 29 ini melakukan silaturahmi dengan Mang Rompi yang dikenal Tomi di Salatiga. Bersama kucup star from Jogja setelah main tenis ba'da Maghrib. Perjalanan ditempuh 2 jam dan tibalah di Salatiga. Keesokan harinya berenang di Kolam Muncul di kaki Gunung Merbabu berempat ( Tomi, Kucup, amek/rahmat).

Esok hari bertamu Andin, Cisa, Andre dan Angga sepupu dari Kakek Zainudin Yaw. Semoga bisa terjalin silaturahmi dengan baik saudara-saudaraku.......

Tutup bulan dan tengah malam ini aku mau menyambut pergantian bulan dengan sangat bahagia....

Rabu, 22 Juni 2011

Sob Bireun dan Aceh Selatan

Pukul 06.00 pagi ini sempurna sudah kebersamaan selama beberapa hari. Musni dan Darma sampai jumpa. Lain waktu kita sambung lagi belajar nyanyi kita dan obral cerita obsesi yang berapi-api. Future is Ours !!!

Senin, 20 Juni 2011

Long Day

Starting at Sunday Morning..... Really, that day...I felt long day...., he (latihan conversation), Pantai Sanadran, Gunung kidul  ditempuh dalam waktu 1,5 jam dan kata orang idealnya perjalanan dari sana 2 jam dan itu sudah termasuk cepat. Janji pukul 09.00 pagi akhirny bisa ditepati.

Melakukan Survey di Lempuyangan, dimulai memotret objek pelayanan yang ada, kondisi fasilitas yang disediakan sampai melakukan wawancara kepada beberapa orang. Salah seorang responden sangat interaktif dan antusias sekali dalam wawancara yang dilakukan, rupanya dia juga seorang periset pada salah satu NGO yang ada di Jakarta. Akhir cerita survey membawa perkenalan dengan seorang responden tadi yang bernama Zulkifli.

Zulkifli juga sempat diajak keliling UGM karena belum pernah sama sekali mengunjungi kampus ini yang konon menurut ceritanya pernah terobsesi untuk masuk kesini ketika masih SMA sebelum dia melanjutkan sekolah di Universitas Mataram.



Hari yang panjang ini berakhir dengan menerima kedatangan Musni dan Darma teman satu angkatan di IPDN, mereka ingin mengikuti UM MEP UGM esok hari, bernostalgia sejenak dan lepas semua kenangan serta lelah hari ini bersama malam yang tenang.

ya berasa benar-benar long day, sampai energi tak cukup untuk menulis semuanya !!! good night semuanya, he...

Perjalanan Malam Yang mengesankan

Menghabiskan malam mingguan di Pantai Sanadran bersama personel bule dan gimbal2 rege.  Dari Jogja berangkat pkl 16.00 bersama Mbi dan Aryo, direncanakan perjalanan akan ditempuh dlam waktu 2 jam dengan tujuan pertama pantai Sundak sesuai janji dengan personel yang lebih awal telah pergi. 

Sekitar pukul 19.00 molor satu jam dari waktu awal tibalah di Pantai Sundak, namun tidak ditemukan keberadaan personel itu disana dan untuk menghubungi, daerah itu tidak terjemah oleh signal, jalan-jalan satu2nya adalah mengunjungi kesemua pantai yang ada di jejeren sana.

Tibalah dipantai Sanadran pukul 23.30 setelah beberapa kali putus asa dan memutuskan untuk menginap tanpa mencari personel itu lagi. Setibanya disana terlihat onggokan api unggun dengan disambut lantunan lagu "no woman no cry" bersama gitarnya yang dimainkan oleh seorang gimbal rege diiringi biola yang dimainkan seorang bule Perancis. Suasana begitu hangat namun kantuk tak bisa ditawar-tawar lagi, habislah malam itu dengan sensasi tidur pinggir pantai yang luar biasa. Pagi2 sekali aku harus meninggalkan rombongan untuk memenuhi janji survey ke 2 di stasiun lempuyangan.

Jumat, 17 Juni 2011

Prosesi Peng-Islam-an


Ba'da Jum'at di Masjid Kampus UGM dilaksanakan prosesi peng-Islam-an seorang Ph.D berumur 40 tahunan berasal dari salah satu negara bagian di USA bernama Jimmi. Prosesi dipimpin oleh seorang guru besar UGM yang hari itu juga bertindak sebagai Imam dan Khatib. Dengan terbatah-batah syahadat yang diucapkanya menghiasi semesta Masjid yang nampak bergema. Sungguh peristiwa-peristiwa seperti ini semakin mengukuhkan makna keIslaman didalam hati bagi siapapun yang menyaksikanya, pun diri ini karena setidaknya diri ini bangga telah berada dalam jalurNya selama ini dan tidak harus berkelana lagi mencari makna Ketuhanan sampe umur 40 tahunan dan melewati puncak pendidikan.

Ketika prosesi usai dilaksanakan, takbirpun berkumandang silih berganti dari para audiensi prosesi. Semua merasa haru dan bangga atas pilihan jalan hidup yang tepat dilakukan oleh Mr. Jimmi. Suasana begitu hangat, seisi masjid menyambut senyum keluarga baru itu. Selamat Mr. Jimmi Semoga menjadi seorang mualaf yang setia dan menjalani Islam sampai akhir hayatmu...

Kamis, 16 Juni 2011

Ketemu Ms. Nur

Rabu 15 Juni, kemarin. Mengunjungi stasiun lempuyangan bersama Edison dan Argarina dalam rangkaian tugas survey pelayanan publik yang diberikan Pak Agus Dwiyanto. Betul- betul Tak diduga disana bisa ketemu dengan Ms. Nur seorang teman lama ketika Les di LPIA ( Lembaga Pendidikan Indonesia Amerika ) dan kini telah tinggal di Jepara.

Ketika sedang asyik memotret objek-objek layanan disekitar stasiun, termasuk juga aktivitas bongkar muat penumpang yang dilakukan, tak sadar sosok teman lama tadi telah melintasi pandanganku dan tertangkap oleh jepretan kamera. Namun itu tidak secara otomatis mempertemukan kita karena tiba-tiba ku dikejutkan dari belakang setelah dia berjumpa  Edison.

Selanjutnya sembari menunggu jemputan untuk ke  rumah calon suaminya di Bantul kita menikmati kacang rebus, jagung dan telo dipinggir jalan sekitar 30' lamanya...

Rabu, 15 Juni 2011

Janji Hati

“ Dengan seragam pramuka karena hari itu hari sabtu kami segera bergegas dengan  perbekalan yang  sudah dipersiapkan dari rumah. Seorang yang selalu menyapa dengan ramah ketika semua siswa berada di parkir area, hari itu tidak sempat membalas sapamu namun kan kuingat selalu jikalau nanti aku diterima dalam pendidikan kan kuhadiahkan sepatu PDL baru untuk mu. Terima kasih dank Pi telah menjaga kendaraan bututku selama disekolah dulu, walau pernah baut post motor butut itu hilang dan ku kira pun tak pantas kendaraan itu mempunyai baut-baut mewah seperti itu,he…”  (penggalan diari ’06 )

September 2009 lalu Pengukuhan Pamong Praja Muda, saat badan tersungkur dan mengucap syukur kepada dzat yang telah memilihkan jalan untukku dan mengizinkan melaluinya.  Alhamdulillah Ya Rabb…

Kini kuharus kembali menapaki semua jejak yang selama tiga tahun hilang sudah. Berjalan menyusuri kota tercinta dengan kisah disetiap sudutnya. Tibalah disuatu tempat yang paling banyak memberikan kontribusi sejarah hidupku hingga saat ini. Dipinggir jalan kutatap gerbangnya serta bayanganku bercengkrama bersama dengan teman-teman yang lain. Pikiranku sekejap hening dan bayang –bayang itu tiba-tiba diam seperti gambar. 

Aku melupakan sesuatu disana, kendaraan bututku !!! ya aku seharusnya keluar dengan kendaraan bututku dan  sebelum kendaraan itu keluar  aku harus menunggu gerbang itu hening dari keramaian disebuah gardu jaga. Hal ini hampir menjadi rutinitas setiap pulang sekolah. Digardu itu kutemui seorang sahabat yang selalu berkenan membagi cerita disela kesibukanya. Dank Pi , begitulah para Siswa menyebutnya…seorang SATPAM di sekolah kita.

Dank Pi !!! ya Dank Pi aku melupakan sesuatu untukmu,…
Mei 2010, saat kuharus memulai kembali pertualang hidup. Sebelum melangkahkan kaki dari kampung halaman tercinta telah kupersiapkan semua hal yang tersisa termasuk sesuatu untuknya. Semoga berkenan dengan Janji hati ini walau tak seberapa …..
Melalui keluarga tertitip untukmu !!!

Sabtu, 11 Juni 2011

Mereka Yang Telah Memulai Cerita

Tersohorlah sebuah nama dalam silsilah keluarga, dia adalah Sjamsoedin Yaw. Seorang kakek " Jakarta " begitulah aku diajari menyebut namanya. Sosok yang telah diperkenalkan kepadaku semenjak anak-anak, melalui buku-buku karyanya dan gerakan sosial yang telah dia lakukan. Perkenalan itu makin erat kurasakan ketika diumur 10 tahun menjalani aktivitas sebagai santri di Pesantren yang telah dibangunya. Kakek Jakarta saban setahun sekali minimal mengunjungi pondokan itu, namun sekitar 4 tahun setelahnya, kondisi kesehatan seorang setuanya membuat dia tak mampu lagi untuk melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Jeranglah.

Tidak ada pertemuan lagi dalam tahun-tahun terakhir, komunikasi hanya dilakukan melalui telpon setiap beberapa bulan sekali, dan itu lebih dekat kurasa ketimbang hadirnya beliau di kampung halaman yang mempunyai segudang agenda silaturahmi. Dalam komunikasi yang dilakukan berkisahlah peristiwa yang telah dia lewati, mulai kebiasaan kecil, menjadi seorang serdadu dst. Sebuah kalimat yang selalu terucap disetiap kisahnya bahwa siapapun berkesempatan untuk sukses, siapapun berkesempatan untuk gagal, entah itu rakyat biasa yang tinggal dikampung, entah bangsawan yang hidup di kota. Dan dengan bangga beliau selalu katakan diakhir cerita bahwa beliau adalah pemuda kampung yang dalam perjalanan hidupnya pernah meraih puncak kesuksesan, itu semua diperoleh dengan usaha yang keras serta ikhtiar kepada Yang Maha Kuasa.

Saatkupun tiba untuk melangkahkan kaki dari kampung halaman, dipenghujung SMA mencobakan diri mengikuti seleksi Sekolah Serdadu di Republik ini, namun usaha itu kandas ditengah jalan. Ketidak berhasilan itu membuatnya menghubungi kembali dan berpesan bahwa " Perwira tidak hanya didalam perang " dan kata-kata ini memberi suntikan semangat dalam kejatuhan saat itu. Akupun mencoba seleksi di Sekolah perwira yang lain hingga pada akhirnya diterima dan menjalani pendidikan disana.

Sekolah Tinggi pencetak birokrat begitulah gaungnya tempat kumenjalani pendidikan. Belum satu tahun disana kejadian naas menimpa lembaga pendidikan itu, dikabarkan salah seorang peserta didik tewas akibat kekerasan. Republik ini menghujat !!!.

Terlayang berkas surat yang sebanyak 7 halaman dari Kakek Jakarta yang berisi tentang keprihatinan terhadap kejadian ini, diakhir surat itu tertulis kalimat ungkapan kekecewaan yang mengatakan " Senior bigalllll......!!! ( Senior bodoh !!!). Saat surat itu dikirim beliau telah berumur 86 tahun terlihat dari huruf-huruf yang ditulis tidak berdiri tegak lagi dan saat itu juga beliau telah terbaring di kamar tidurnya. Decak kagum dari para sahabat atas keperihatinan si Kakek dan terima kasih luar biasa dari diri ini.

Lulus pendidikan sebelum bertugas itulah saat terakhir mendengarkan petuahnya ( akhir 2009 ).....

Pesan dan Kesan kan abadi didalam hati...






Kamis, 09 Juni 2011

Berkisah Dalam Perjalanan Penuh Makna...

Berawal mula dari tua yang senang bercerita tentang era perkasanya. Mereka kedua orang tua dari Ayah-Ibuku ( Kadri Naif (Alm)-Upik Sariha: Ayah dan Mukminin Yaw-Khadijah ; Ibu). Lembaran sejarah panjang yang telah mereka tapaki membuat bangga dan haru, melewati masa-masa senang dan duka hingga tua adalah nikmat yang paling berharga dari semua rangkaian cerita.

Saat itu kedua orang tuaku adalah pasangan muda yang baru bekerja ingin selalu menunjukan performa optimalnya sehingga banyak waktu kuhabiskan bersama tua-tuaku itu, masa-masa itu adalah jauh sebelum aku mengenal ideologi, norma, etika serta hal lain dibangku sekolah.

Kakenda Kadri Naif, menghabiskan masa tuanya dengan menekuni profesi sebagai pengrajin anyam-anyaman Rotan. Meskipun usaha mandiri, selalu memulai pekerjaan dengan tepat waktu. Pekerjaan dilakukan dengan duduk bersila sangat konsisten bak mereka yang berdiri mengikuti upacara Militer, ditemani secangkir kopi dari ladang sendiri yang dibuat oleh istri yang setia ; dia adalah Nenenda Upik Sariha yang nantinya memasarkan hasil kerajinan yang kakek buat. kedua-duanya memiliki karakter periang, disela-sela pekerjaan kakek selalu mendapat kunjungan orang-orang yang ingin menyaksikan langsung pembuatan anyaman tersebut tetapi tak sekalipun kulihat muka muram ditengah jenuhnya aktivitas itu, selalu dengan tawanya yang terbahak-bahak.

Kakenda Mukminin Yaw, mengisi masa tuanya sebagai peternak, penyadap Aren dan pembuat gula aren. Aktivitas berat yang dilakukan oleh manusia setuanya. Keberanian, ketekunan, semangat dan semuanya....cerminan sosok yang tak kenal renta itu. Lantunan lagu Jepang dan Belanda menggeram dari pita suara yang telah rusak menemani aktivitasnya. Sementara Nenenda Khadijah adalah wanita penyemangat dibalik semua aktivitas tadi, gayanya yang lembut, tatapan hangat selalu memberi kedamaian disekitarnya.

Tua-tuaku berkarya !!!
Tua-tuaku berkisah !!!
Tua-tuaku Aku Bangga !!!

Pesan dan Kesan kan abadi didalam hati.....

Malam Tanpa Bintang

Menanti sinar yang tak kan mungkin menghampiri malam ini...
Berdiri menengadah melintasi cakrawala....
Sejenak berpikir dalam dimensi waktu yang berbeda....
Masa berlalu tak kan bisa ditepis
Memikirkanya hanya akan menjadi Utopis

Kaku dalam seribu tanya
Jika memilih beda
Adakah Malam Tanpa Bintang Menengadahku dibuatnya !?...

by : @.ten