Kamis, 20 Oktober 2011

SAMPAIKAN PESAN UMMI PADA AYAHMU



Ahmad putraku

Ummi tak tahu kenapa pagi ini kau berkeras
Pergi ke pasar untuk belanja dapur kita
Dimana biasanya Ummi yang melakukannya
katamu,"Biar Ummi di rumah,
Ummi mengaji saja di kamar
Biar Ahmad yang pergi ke pasar
Sekali ini saja."

Kau sangat berkeras
Ahmad putraku
Ummi tak ada prasangka padamu
Lelaki kecilku yang dibanggakan ayahmu juga aku
Lalu kau pun pergi membawa keping logam tersisa
Untuk ditukar dengan apa saja sekedar hidup hari ini
Ummi lalu kembali larut dalam ayat Quran cinta kita
Kemudian mendadak suara langit menggelegar

Pesawat dari neraka datang lagi
Diikuti dentum keras terdengar
serasa dekat di telinga Ummi
Lalu tiba-tiba saja Ummi merasa khawatir denganmu
lalu bergegas keluar rumah
seperti para tetangga Ummi
Mencari tahu apa yang telah terjadi
semua berlari ke arah pasar tempat kau pergi
Ahmad putraku

Lalu ummi melihatmu terkapar di jalan
Diantara raga-raga tak bergerak lainnya
Kau sekarat disana. Tanganmu saja yang bergerak
Ahmad putraku
Ummi spontan membopongmu mencari pertolongan
Di mulutmu hanya ada suara
Suara yang sangat kita kenal
"Allah! Allah! Allah! Allah!"
Lirih Lemah

Tapi menembus kuat hingga langit tertinggi
Dan Allah ternyata memberi cinta di pagi ini padamu
Juga pada Ummi
lalu kubisikkan kata di telingamu,

"Putraku tersayang,
Sampaikan pesan Ummi pada Ayahmu di syurga
bahawa
ummi akan lanjutkan perjuangan kalian
Ummi akan teruskan perlawanan kalian
Selamat jalan Ahmad anakku tersayang
Selamat jalan syahidku cintaku

Ternyata Allah telah memanggilmu pagi ini
Biarkan Ummi menangis terakhir kalinya
mengantarmu pergi ke taman kehidupan sebenarnya
dimana Ayahmu menunggu di pintu gerbangNya
Tunggu Ummi ya nak, tunggu
Kita kelak akan bersama lagi seperti dulu …
Laailahailallah Muhammadarrosulullah
Innalillahi wa innailaihirojiuuuwn…"


DISANA MEREKA BERJIHAD MENENTANG MUSUH ALLAH, DAN KITA DISINI MASIH LEKA DENGAN DUNIAWI

ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR !

FB By: Suhail Dzohri

Jumat, 07 Oktober 2011

Ingin dalam harapan Biasa


Obsesi tak kan ada henti,
Sebelum lara berkata tuk mengakhiri
Menjalani ambisi hanya akan membuat diri ini pupus
Semua terkerah mengarungi jelaga jiwa

Hanya ingin biasa saja
Tak kan diriku dalam pengharapan itu
Hidup indah dimataku dalam dimensi yang berbeda
Melintasi Tahta dan Harta yang menjadi batasan halayak
Cinta dihatiku kan kusemai dalam bejana, emas itu menurutku
Enyah dengan segala Tanya
Ku hanya ingin biasa saja  

By : @10
Manna, 210811

Rabu, 05 Oktober 2011

Tarian Musim


Hanya satu aturan hidup untuk lelaki;
Bisa atau tidak bisa melakukan (Jack “Pirates”Sparrow).

Perjalan seperti apa yang akan aku cerita-kan untukmu tentang jejak, karena perahu-ku begitu kecil untuk memuat setiap per-simpangan, kita sepakati saja namanya kenangan. Barangkali awal bermula, dari mana, dari siapa, untuk apa, bagaimana-pun, seperti apa, dengan alasan apapun, semua kepunyaan kita pasti pernah ber-gumam nakal tentang ini: 
“untuk akukah hari esok”.

Terkadang aku, engkau hanya lupa, bahwa tik-tok jam tidak akan pernah berdentang untuk hari ini saja, begitu nikmat menikmati setiap gelombang kenikmatan ketika mimpi berhujan masih bersahabat dengan nadi rindu ini, namun pada akhirnya kita akan sampai pada hari dimana kita akan menghitung tiap keping hujan. Sungguh indah persimpangan ini, semoga perahuku masih bisa memuat setiap kenangannya.

Kenapa kita hanya bisa mengeluh, ketika kelelahan dan kalah akan rasa yang tidak bisa ditawar lagi, hanya menjadi hantu tidak nyata untuk orang lain. Namun tidak semua kita barangkali merasakannya, beruntunglah ketika aku, engkau, engkau dan engkau, pernah menghitung jejak-jejak samar pada tahun yang menyesakkan sangat, seperti ingin mencari jati diri ketika melewati rumah penjaga tapi hanya gelombang sunyi yang kita temukan dan setelah ini kebenaran hanya milik pikiran kita masing-masing, namun yakinlah bercerita pada apapun akan membuat kita begitu sejuk.

Barangkali selama ini engkau hanya bersua dengan aku yang busuk, aku yang oportunis sebab aku yang penjilat, aku yang egois sebab aku pikir bukan engkau yang akan menimbun kuburku, aku yang ingin menggugat Tuhan tapi tidak pernah nyata, aku yang mengutuk do’a-do’a namun setelah ini entah dengan apa aku merengek pada-Nya, aku yang enggan berkata sabar, aku yang takut hari esok, esok belumlah tentu hari ini, aku yang mencintai nadi musuhku dan ini kudapat dari si angkuh Don Vito Corleone, aku yang bebas dan ingin dicintai dan Beruang yang di ceritakan Legend of The Fall, tetaplah kau terjaga, aku yang mengagungkan cinta sesama tapi baru satu menit berlalu aku meng-hibah-kan mesiu pada imperial, aku yang sedang mereka-reka apa yang kuinginkan dari dunia, aku yang selalu lalui musim kejatuhan, aku yang cerdas namun tidak pernah mengerti apakah Butterfly Effect berlaku untuk apa saja? Aku yang intelek tapi tak pernah sehebat Chairil, aku yang sperti penjaga malam dan entah kapan aku bisa terlelap, lalu bermimpi dengan benar-benar, aku yang kritis “dan malaikatpun bertanya”, aku yang menjelma siluman buku, agaknya siapa keturunan terakhir setelah ini yang akan di aksarakan, bagi Dan Brown ini sangat sederhana, aku sedang mencari sesuatu yang mengerti tentang ajal, aku yang inginkan kematian, hidup lagi ketika ombak Cast Away menggoda, aku yang sangsi akan cinta, mungkin perempuan yang kunanti takkan pernah singgah lalu tengadah menyesali rindu yang tak tersampaikan ketika aku tak pernah tahu disebelah mana halaman rumahmu, aku yang aneh meskipun zarathustra kubalik demi halaman, kubakar lalu kutelan, aku yang sendiri mengunyah kenangan sebab engkau berlalu bersama sembilu angin laut sambil menikam nadi rinduku, aku yang berdialektika walau tak pernah sekalipun kuasai setiap inci podium, aku yang pahlawan tapi tak punya nadi Benjamin Martin, lalu tanpa Jeddah menjangkau petir sekedar memastikan agar ujungnya tak singgah dalam mimpimu, aku yang pejuang, agaknya menjadi cundang ketika rimba Zapatista menanti selingkuhku, aku yang punya masa depan, ntahlah. . baru saja kubakar semua mimpi yang dinginkan tiap hamba, 

dibukit tempat kita berladang ini, dan akhirnya aku pejalan terik yang hanya bisa mengutip, sambil bergumam “andai tidak ada Tuhan adakah yang lebih indah selain bunuh diri!”. . .

Status Galau


Kala Jelaga jiwa menemui nestapa
Tersungkur badan memuji kebesaran dan mengharap belas kasihNya
Tat kan jika harta dan tahta telah membuat serakah
Merasa diri paling angkuh yang tak kenal akhir dari segalanya
 · 24 Agustus jam 21:57 ·
Beranjak jua ketika surya perlahan menyibak setapak demi setapak jalanan dihadapku
Melangkah, mengayuh, mendaki mengarungi titian pertualangan yang dianugerahkan ini
Karena semuanya harus tetap berjalan dalam keadaan apapun
 · 14 September jam 10:34 ·
Raja siang dengan iringan langit merah kilau
Kian menghimpit di ufuk barat pantai ini menemui peraduanya
Alampun berangsur lengang melewati senja kelana
Dalam diri selalu ingin menapak tilasi semua kenangan itu
Melampiaskan semua kerinduan
Kutitip salam kepada langit, cemara dan deburan ombak
Jika ada yang mengadu rindu diwaktu yang berbeda
 · 16 September jam 18:06 ·
Kuingin kau jadi Mahligai bahagia di suatu saat nanti
Tapi kau pergi sblum saat itu datang
Penantianku tersudahi
Ku ikhlaskan !!!
 · 20 September