Rabu, 05 Oktober 2011

Tarian Musim


Hanya satu aturan hidup untuk lelaki;
Bisa atau tidak bisa melakukan (Jack “Pirates”Sparrow).

Perjalan seperti apa yang akan aku cerita-kan untukmu tentang jejak, karena perahu-ku begitu kecil untuk memuat setiap per-simpangan, kita sepakati saja namanya kenangan. Barangkali awal bermula, dari mana, dari siapa, untuk apa, bagaimana-pun, seperti apa, dengan alasan apapun, semua kepunyaan kita pasti pernah ber-gumam nakal tentang ini: 
“untuk akukah hari esok”.

Terkadang aku, engkau hanya lupa, bahwa tik-tok jam tidak akan pernah berdentang untuk hari ini saja, begitu nikmat menikmati setiap gelombang kenikmatan ketika mimpi berhujan masih bersahabat dengan nadi rindu ini, namun pada akhirnya kita akan sampai pada hari dimana kita akan menghitung tiap keping hujan. Sungguh indah persimpangan ini, semoga perahuku masih bisa memuat setiap kenangannya.

Kenapa kita hanya bisa mengeluh, ketika kelelahan dan kalah akan rasa yang tidak bisa ditawar lagi, hanya menjadi hantu tidak nyata untuk orang lain. Namun tidak semua kita barangkali merasakannya, beruntunglah ketika aku, engkau, engkau dan engkau, pernah menghitung jejak-jejak samar pada tahun yang menyesakkan sangat, seperti ingin mencari jati diri ketika melewati rumah penjaga tapi hanya gelombang sunyi yang kita temukan dan setelah ini kebenaran hanya milik pikiran kita masing-masing, namun yakinlah bercerita pada apapun akan membuat kita begitu sejuk.

Barangkali selama ini engkau hanya bersua dengan aku yang busuk, aku yang oportunis sebab aku yang penjilat, aku yang egois sebab aku pikir bukan engkau yang akan menimbun kuburku, aku yang ingin menggugat Tuhan tapi tidak pernah nyata, aku yang mengutuk do’a-do’a namun setelah ini entah dengan apa aku merengek pada-Nya, aku yang enggan berkata sabar, aku yang takut hari esok, esok belumlah tentu hari ini, aku yang mencintai nadi musuhku dan ini kudapat dari si angkuh Don Vito Corleone, aku yang bebas dan ingin dicintai dan Beruang yang di ceritakan Legend of The Fall, tetaplah kau terjaga, aku yang mengagungkan cinta sesama tapi baru satu menit berlalu aku meng-hibah-kan mesiu pada imperial, aku yang sedang mereka-reka apa yang kuinginkan dari dunia, aku yang selalu lalui musim kejatuhan, aku yang cerdas namun tidak pernah mengerti apakah Butterfly Effect berlaku untuk apa saja? Aku yang intelek tapi tak pernah sehebat Chairil, aku yang sperti penjaga malam dan entah kapan aku bisa terlelap, lalu bermimpi dengan benar-benar, aku yang kritis “dan malaikatpun bertanya”, aku yang menjelma siluman buku, agaknya siapa keturunan terakhir setelah ini yang akan di aksarakan, bagi Dan Brown ini sangat sederhana, aku sedang mencari sesuatu yang mengerti tentang ajal, aku yang inginkan kematian, hidup lagi ketika ombak Cast Away menggoda, aku yang sangsi akan cinta, mungkin perempuan yang kunanti takkan pernah singgah lalu tengadah menyesali rindu yang tak tersampaikan ketika aku tak pernah tahu disebelah mana halaman rumahmu, aku yang aneh meskipun zarathustra kubalik demi halaman, kubakar lalu kutelan, aku yang sendiri mengunyah kenangan sebab engkau berlalu bersama sembilu angin laut sambil menikam nadi rinduku, aku yang berdialektika walau tak pernah sekalipun kuasai setiap inci podium, aku yang pahlawan tapi tak punya nadi Benjamin Martin, lalu tanpa Jeddah menjangkau petir sekedar memastikan agar ujungnya tak singgah dalam mimpimu, aku yang pejuang, agaknya menjadi cundang ketika rimba Zapatista menanti selingkuhku, aku yang punya masa depan, ntahlah. . baru saja kubakar semua mimpi yang dinginkan tiap hamba, 

dibukit tempat kita berladang ini, dan akhirnya aku pejalan terik yang hanya bisa mengutip, sambil bergumam “andai tidak ada Tuhan adakah yang lebih indah selain bunuh diri!”. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar