Selasa, 05 Januari 2016

Maafkanlah

"Perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan bangsa sendiri " (Bung Karno)

Sedikit demi sedikit, aku telah memahami makna makna yang tersirat dari kata-kata itu. Mempertahankan jauh lebih sulit dari memperebutkan. Begitulah dengan bangsa ini, susahnya menjaga apa yang telah diwariskan, orang orang hebat negeri ini selalu berdebat tentang sistem yang telah dibangun oleh para pendiri negeri ini , masing - masing ingin merubah sistem ini itu agar lebih menguntungkan pihak dan kelompoknya saja.

Begitupun dengan sistem politik hari ini, membawakan kepentingan elite daerah kala itu untuk dapat mempunyai peran besar dalam membangun daerahnya masing - masing (otonomi daerah ). Namun apa yang terjadi, sikap kedaerahan semakin nampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita, daerah - daerah mempunyai ego nya masing- masing. Persatuan dan kesatuan menjadi renggang, hadirnya sistem demokrasi langsung di lain sisi telah menggerus rasionalitas pilihan, isu primordial kembali berseliweran, masing-masing dikotakan dalam suku, kelompok,  golongan, kekerabatan, dan nyaris di berbagai tempat hilang makna persatuan, kekeluargan dan kebersamaan.

Walau ada yang memaknai ini, adalah bagian dari sebuah proses menuju kematangan yang dikehendaki. Tetapi tentu kematangan itu tidak akan pernah kita dapatkan jika setiap manusia di negeri ini hanya melayani nafsu-nafsunya saja.

Pejuang pejuang kami, maafkanlah cucu cucumu hari ini, nafsu itu telah merenggut cita cita luhurmu. Cita cita yang kau bangun tanpa pamrih, cita cita yang hanya sekedar ingin menyiapkan lahan yang merdeka dari penjajah bagi anak anak cucumu

Sesungguhnya walau tanahnya telah kau bebaskan namun cucu cucumu hari ini  masih terjajah oleh Nafsunya sendiri !

Maafkanlah !


Dihari kemerdekaan yang kami rayakan dengan sangat gembira. Rawut kecewa itu nyata sekali !