Sabtu, 27 April 2013

Labuhan cintaku


Aku telah memetik satu bunga terindah dan tak kan menoleh kebelakang lagi, Aristoteles ! kali ini aku telah memahami arti cinta lebih dari dirimu.

Sungguh tak pernah terpikir sebelumnya akan memiliki bunga sepertinya, dia sepupuku dan keluarga tempat aku bekerja. Situasi ini membuat percikan-percikan kekaguman itu harus tersimpan rapi-rapi meteran dibawah kaki ini, walau sejujurnya kadang percikan itu menyalak dan membuat hati ini bergojalak.

Kali itu, pertama aku menyaksikan sosoknya tidak jauh dari tempatku memandang adalah ketika silaturahmi kerumahnya pada Idul fitri 2009, dia mengenakan gamis hitam, dengan kesibukanya dalam perayaan kala itu membuat kami tidak sempat untuk hanya sekedar beradu pandang. Namun demikian momen itu sempat membawa hayalku terbang bersama bunga-bunga api, menari diantara bintang-bintang dan berakhir seiring berakhirnya malam.

Bayang-bayang wajahnya kadang juga sering melintas dalam pikiran, perasaan ini, dan social network menjadi ampuh membuat bayang bayang itu jadi nyata. Tak heran jika tanpa disadari berkali kali membolak balik History FB nya hanya untuk memastikan keadaan terakhir dirinya, saat itu belum ada keberanian sama sekali untuk bertegur sapa karena takut akan berakhir hambar dan membuat perasaan kebas yang lebih jauh lagi. Yang ada hanya pertimbangan demi pertimbangan,   ketika ingin memulai sapa saat melihat tanda hijau pada ujung namanya di ruang obrolan.

Diskusi lirih didalam pikiran ini hanya memberi solusi untuk memberi tanda pada dua catatan yang kutulis di FB pada Agustus & Desember 2010 lalu, dan berharap ini akan memulai debut komunikasi diantara kami, namun harapan tinggalah harapan, yang terjadi aku harus memberi komentar pada opsi like yang diberikanya. Disisi lain akupun bersyukur setidaknya dia tahu kalau ada aku disini yang berharap feedback darinya.

Keinginan untuk mengapresiasi atas kesuksesanya mendapatkan gelar Sarjana pada akhir 2011 lalu adalah momen pertama melakukan chatting. Disanalah perkenalan dimulai, senjata klasik sebagai pembuka obrolan adalah bercerita tentang mutual friend diantara kami, terlibatlah beberapa nama, namun obrolan tidak berhasil menembus nuansa romantika. Itupun harus kurasakan cukup sebagai fase awal perkenalan.

Awal taun ini, wajahnya begitu nyata menghiasi pikiranku, ketika aku dilantik pada sebuah jabatan yang menempatkanku pada lingkungan disekitarnya. Percikan perasaan itu kembali mulai menggelora, kali ini aku bisa saja memulai semuanya dengan alasan tuntutan profesi termasuk juga intens berkomunikasi denganya.

Sebuah momen akbar tahunan digelar yaitu peringatan HUT kabupaten, saat itulah komunikasi mulai marathon, satu momen yang sangat kuingat “ Dia memberikan minuman Pocari Sweat nya kepadaku”, tapi dasar aku yang tidak berdaya sama sekali, komunikasi itu berjalan datar tanpa ada improvisasi yang bisa disajikan. Sempat ingin melakukan Manuver tapi itu berakhir mengerikan bagiku yaitu ketika tawaranku untuk menghadiri pesta pernikahan teman tidak dipenuhinya.

Untung saja ketika aku telah menyiapkan cangkul termutakhirku untuk mengubur perasaan ini, tiba-tiba datang bisikan malaikat penolongku,  dia menginginkan aku dapat berkenalan lebih dekat dan lebih jauh lagi kepadanya. Malaikat itu bernama Mama.

Mama aku hanya ingin bilang “ Seandainya saja ini tidak terjadi, mungkin aku akan bertemu lagi dengan perasaan ini nanti saat aku dikubur juga”.

Selanjutnya hubungan tersebut mengalami akselerasi, mulai dari Bengkulu Indah Mall, sampai sequel pertemuanku di Rumah itu. Komunikasi berjalan hangat, aku lebih leluasa membicarakan apapun dan nampaknya sudah muncul Chemistry diantara kami. Aku yang dianggapnya sebagai Spiderman juga Superheronya, dia yang bersedia larat ke alam-alam khayalanku, dan yang terpenting dia mengakui tidak menjalin hubungan dengan siapapun, akupun berkata “begitupun denganku”.

Perasaan ini mencapai klimaks, Aku pernah ingat suatu kalimat yang pernah keluar dari mulutnya “ Aku menginginkan lelaki gentle yang langsung menemui bapak untuk meminangku”. Walau aku yakin dia akan membalas rasaku namun aku ingin menunjukan keseriusanku kepadanya sesuai keinginanya itu. Namun pekerjaan ini sungguh berat, sosok bapaknya yang  sangat kukenal membuat perasaan takut begitu memuncak. Hari itu Senin, 01-07-2013 Pkl. 14.47, setelah bongkar pasang dengan segala pertimbangan akhirnya terungkap juga. Alhamdulillah walau harus mengerahkan pasokan energi yang  banyak, berbuah lega. “Bapak sangat mendukung”.

Keesokan harinya aku diminta menjabarkan rencana itu didepan mama dan beliau menyerahkan kelanjutan ini kepada kami berdua. Tinggal permasalahanya, aku belum pernah mengatakan tentang hati ini sama sekali kepada Dia. Alur cerita ini sungsang tp aku berkeyakinan sekali jika dia akan menerima pinangan ini. Minggu dini hari via seluler, 7-07-2013 Pkl. 01.35 aku menyakinkan itu dengan sebuah pertanyaan sederhana bagi seorang yang mempunyai niat tulus dan serius, “Apakah kamu bersedia menjadi Istriku ? “. Jedah beberapa menit setelah itu dia resmi menjadi calon istriku, aku bahagia bukan kepalang seakan bumi ini berhenti berputar tapi pertanyaan ini akan kusampaikan lagi ketika nanti dia benar-benar ada dihadapanku.

Selasa, 09-07-2013 pkl. 21.50. setelah saling tatap dan tersenyum selama 45” aku mengulangi lagi pertanyaan itu. Saat itu kurasakan bahwa dia lebih dekat dari hal yang terdekat. I’m Yours and You are mine. Sayang aku ingin mencintaimu selamanya !