Aku
telah memetik satu bunga terindah dan tak kan menoleh kebelakang lagi,
Aristoteles ! kali ini aku telah memahami arti cinta lebih dari dirimu.
Sungguh
tak pernah terpikir sebelumnya akan memiliki bunga sepertinya, dia sepupuku dan
keluarga tempat aku bekerja. Situasi ini membuat percikan-percikan kekaguman
itu harus tersimpan rapi-rapi meteran dibawah kaki ini, walau sejujurnya kadang
percikan itu menyalak dan membuat hati ini bergojalak.
Kali
itu, pertama aku menyaksikan sosoknya tidak jauh dari tempatku memandang adalah
ketika silaturahmi kerumahnya pada Idul fitri 2009, dia mengenakan gamis hitam,
dengan kesibukanya dalam perayaan kala itu membuat kami tidak sempat untuk
hanya sekedar beradu pandang. Namun demikian momen itu sempat membawa hayalku
terbang bersama bunga-bunga api, menari diantara bintang-bintang dan berakhir
seiring berakhirnya malam.
Bayang-bayang
wajahnya kadang juga sering melintas dalam pikiran, perasaan ini, dan social network menjadi ampuh membuat
bayang bayang itu jadi nyata. Tak heran jika tanpa disadari berkali kali
membolak balik History FB nya hanya
untuk memastikan keadaan terakhir dirinya, saat itu belum ada keberanian sama
sekali untuk bertegur sapa karena takut akan berakhir hambar dan membuat perasaan
kebas yang lebih jauh lagi. Yang ada
hanya pertimbangan demi pertimbangan, ketika ingin memulai sapa saat melihat tanda
hijau pada ujung namanya di ruang obrolan.
Diskusi
lirih didalam pikiran ini hanya memberi solusi untuk memberi tanda pada dua
catatan yang kutulis di FB pada Agustus & Desember 2010 lalu, dan berharap
ini akan memulai debut komunikasi diantara kami, namun harapan tinggalah
harapan, yang terjadi aku harus memberi komentar pada opsi like yang diberikanya. Disisi lain akupun bersyukur setidaknya dia
tahu kalau ada aku disini yang berharap feedback
darinya.
Keinginan
untuk mengapresiasi atas kesuksesanya mendapatkan gelar Sarjana pada akhir 2011
lalu adalah momen pertama melakukan chatting.
Disanalah perkenalan dimulai, senjata klasik sebagai pembuka obrolan adalah
bercerita tentang mutual friend
diantara kami, terlibatlah beberapa nama, namun obrolan tidak berhasil menembus
nuansa romantika. Itupun harus kurasakan cukup sebagai fase awal perkenalan.
Awal
taun ini, wajahnya begitu nyata menghiasi pikiranku, ketika aku dilantik pada
sebuah jabatan yang menempatkanku pada lingkungan disekitarnya. Percikan
perasaan itu kembali mulai menggelora, kali ini aku bisa saja memulai semuanya
dengan alasan tuntutan profesi termasuk juga intens berkomunikasi denganya.
Sebuah
momen akbar tahunan digelar yaitu peringatan HUT kabupaten, saat itulah
komunikasi mulai marathon, satu momen yang sangat kuingat “ Dia memberikan
minuman Pocari Sweat nya kepadaku”, tapi dasar aku yang tidak berdaya sama
sekali, komunikasi itu berjalan datar tanpa ada improvisasi yang bisa disajikan. Sempat ingin melakukan Manuver tapi itu berakhir mengerikan
bagiku yaitu ketika tawaranku untuk menghadiri pesta pernikahan teman tidak
dipenuhinya.
Untung
saja ketika aku telah menyiapkan cangkul termutakhirku untuk mengubur perasaan
ini, tiba-tiba datang bisikan malaikat penolongku, dia menginginkan aku dapat berkenalan lebih
dekat dan lebih jauh lagi kepadanya. Malaikat itu bernama Mama.
Mama
aku hanya ingin bilang “ Seandainya saja ini tidak terjadi, mungkin aku akan
bertemu lagi dengan perasaan ini nanti saat aku dikubur juga”.
Selanjutnya
hubungan tersebut mengalami akselerasi, mulai dari Bengkulu Indah Mall, sampai sequel pertemuanku di Rumah itu.
Komunikasi berjalan hangat, aku lebih leluasa membicarakan apapun dan nampaknya
sudah muncul Chemistry diantara kami.
Aku yang dianggapnya sebagai Spiderman juga Superheronya, dia yang bersedia larat ke alam-alam khayalanku, dan yang
terpenting dia mengakui tidak menjalin hubungan dengan siapapun, akupun berkata
“begitupun denganku”.
Perasaan
ini mencapai klimaks, Aku pernah ingat suatu kalimat yang pernah keluar dari
mulutnya “ Aku menginginkan lelaki gentle
yang langsung menemui bapak untuk meminangku”. Walau aku yakin dia akan
membalas rasaku namun aku ingin menunjukan keseriusanku kepadanya sesuai
keinginanya itu. Namun pekerjaan ini sungguh berat, sosok bapaknya yang sangat kukenal membuat perasaan takut begitu
memuncak. Hari itu Senin, 01-07-2013 Pkl. 14.47, setelah bongkar pasang dengan
segala pertimbangan akhirnya terungkap juga. Alhamdulillah walau harus
mengerahkan pasokan energi yang banyak,
berbuah lega. “Bapak sangat mendukung”.
Keesokan
harinya aku diminta menjabarkan rencana itu didepan mama dan beliau menyerahkan
kelanjutan ini kepada kami berdua. Tinggal permasalahanya, aku belum pernah
mengatakan tentang hati ini sama sekali kepada Dia. Alur cerita ini sungsang tp
aku berkeyakinan sekali jika dia akan menerima pinangan ini. Minggu dini hari
via seluler, 7-07-2013 Pkl. 01.35 aku menyakinkan itu dengan sebuah pertanyaan
sederhana bagi seorang yang mempunyai niat tulus dan serius, “Apakah kamu
bersedia menjadi Istriku ? “. Jedah beberapa menit setelah itu dia resmi
menjadi calon istriku, aku bahagia bukan kepalang seakan bumi ini berhenti
berputar tapi pertanyaan ini akan kusampaikan lagi ketika nanti dia benar-benar
ada dihadapanku.
Selasa,
09-07-2013 pkl. 21.50. setelah saling tatap dan tersenyum selama 45” aku
mengulangi lagi pertanyaan itu. Saat itu kurasakan bahwa dia lebih dekat dari
hal yang terdekat. I’m Yours and You are mine. Sayang aku ingin mencintaimu
selamanya !